POTRER 04 #LAYANG-LAYANG



 Dimusim kemarau yang panjang ini, memang banyak suka dan dukanya

Dukanya banyak sekali sawah dan kebun yang tak berair, sehingga membuat sebagian para petani mengeluh karena tanaman mereka banyak yang mati. Tak sedikit juga kebun-kebun kering yang terbakar. Entah itu kebakaran karena panasnya terik matahari, atau mungkin saja kebakaran karena panasnya hati pemilik kebun melihat kebunnya gersang, sehingga ia marah dan malah membakarnya sendiri.

Namun bagi sebagian orang apalagi anak-anak, musim kemarau ini adalah musim yang sangat mengasyikkan. Dimana pada sore hari cuaca sangat indah dengan di selimuti angin yang nyaman dan asyik untuk bermain layang-layang.

Contohnya bagus. Dia anak laki-laki berusia 10 tahun, kesibukannya sama seperti anak-anak lain pada umumnya, shubuh mengaji sampai jam 6 pagi, lalu dia siap-siap untuk berangkat ke sekolah melanjutkan belajarnya. Sepulang dari sekolah bagus bermain layang-layang seperti anak yang lain.  Namun karena terik matahari terlalu panas, ia berhenti dan melanjutkannya sore hari.


Kampung Cisitu. Kampung yang tak banyak penduduknya ini selalu dibuat ramai oleh hal-hal kecil. Walaupun sebentar, namun keramaian itu justru membuat kampung ini menjadi lebih banyak warna.

Di pinggir jalan sawah milik Mbah ujun yang menghampar luas, Bagus kembali mlayangkan Layang-layang nya. Tempat itu memang sangat cocok untuk siapa saja yang ingin menikmati layung di sore hari. Bermain layang-layang, membuat konten, atau sekedar mencari inspirasi untuk menulis seperti saya sambil menunggu waktu Maghrib tiba.

Bagus ditemani oleh teman sebayanya bernama Athar. Namun kali ini angin tak berpihak kepada Bagus, sehingga bagus kesulitan untuk menerbangkan layang-layang miliknya. Bukannya kebahagiaan dan kesenangan yang Bagus dapatkan, Bagus malah merasakan kekesalan dan emosi yang mendalam.

Ia kesal karena layang-layang yang coba ia terbangkan tak kunjung terbang juga, malah layang-layang itu rusak sebelum benar-benar terbang. Sambil terus mencoba menerbangkan layang-layang ke tujuhnya, ia menggerutu.

"Tolol angin teh ngarusak lalayangan aing, tatadi ngapungkeun te hiber-hiber" dengan wajah kesal dan cemberut dia terus mencobanya

"Ahh anying teh tolol, kiuk kiukk.. mana angin teh tolol anying teh. Tolol Aloh teh lah angin eweh wae tempo aing ngapungkeun mah" Bagus terkenal dikampung sebagai anak yang memang berbahasa kasar, apalagi kalau sedang marah dia akan berkata se kenna nya

"Bagus maneh mah tolol ka Aloh nyebut tolol"
Athar mencoba mengingatkan bagus yang mampak emosi

"Bae lah tudana eweh angin wae, pusing aing lalayangan te ngapung wae. Kalah beak"

Sementara saya tertawa melihat anak-anak yang ribut dengan angin.

"Kunaon Bagus?" Saya menghampiri mereka yang sedang mengganti layangannya dengan yang baru.

"Ie tatadi te ngapung ngapung da pusing, kalah beak weh layangan urang" sambil memasang gelasan pada Layang-layang barunya bagus terus menggerutu

"Keteh lamum ges beak sapuluh kakara aya angin teh,. Tolol"

Pelajaran apa yang dapat kita petik dari kisah ini?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

POTRET 05 #BALAP KARUNG

POTRET 03 #PERTARUNGAN